Sambutan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ngawi Budi Santoso, S.STP., M.Si yang didampingi oleh Sekretaris Dinas Dra. Sutinah, M.Si dalam rangka acara halal bihalal yang baru terlaksana hari kedua masuk kerja.
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah mempertemukan kita kembali di momen yang penuh berkah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan kita semua sebagai umatnya.

Hari ini, kita hadir dalam suasana bahagia dan damai, untuk saling memaafkan dalam momen Halal Bihalal. Dalam bahasa agama, kita kembali ke fitrah — suci, bersih, dan penuh cinta kasih. Maka dari itu, mari kita saling membuka hati dan lapang dada. Karena Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mari kita jadikan momen ini bukan sekadar formalitas, tetapi sebagai momen memperbarui niat — untuk hidup lebih baik, lebih tenang, dan lebih dekat kepada Allah. Hari ini kita berkumpul sebagai satu keluarga besar. Mungkin selama ini ada perbedaan pendapat, ada sikap yang tak berkenan, atau ada jarak yang membuat kita menjauh. Tapi Alhamdulillah, Allah pertemukan kita hari ini, dalam suasana lebaran yang penuh kehangatan. Mari kita jadikan momen Halal Bihalal ini untuk menghapus luka lama, memeluk kembali saudara kita, dan menghidupkan kembali semangat persaudaraan. Sebab keluarga besar Dinas Sosial bukan tempat mencari kesempurnaan, tapi tempat untuk saling menguatkan dalam ketidaksempurnaan.cSemoga ke depan, keluarga besar Dinas Sosial makin solid, makin rukun, dan selalu dilimpahi keberkahan oleh Allah SWT.
Kadang kita terbiasa mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” seperti status WA yang otomatis dicopy tiap tahun. Tapi hari ini, mari kita buat berbeda. Mari kita benar-benar membuka hati dan memaafkan, bukan karena basa-basi, tapi karena kita sadar bahwa manusia tidak ada yang sempurna. Kita pernah kecewa, pernah menyakiti, dan juga disakiti. Tapi kalau kita mau bahagia, satu kuncinya: lepaskan dendam, ikhlaskan hati. Karena hati yang penuh beban tidak bisa tumbuh. Mari jadikan Halal Bihalal ini sebagai waktu untuk “refresh hati” — seperti kita refresh gadget, supaya bisa berjalan lebih ringan dan cepat.

Di balik kesibukan kerja, target, dan dinamika organisasi, hari ini kita diberi ruang oleh Allah untuk duduk bersama — bukan membahas laporan, tapi membahas hati. Halal bihalal ini adalah pengingat bahwa kita bukan hanya rekan kerja, tapi juga saudara seiman, sesama manusia.
Mari kita saling memaafkan. Mungkin selama bekerja ada salah kata, emosi, atau bahkan keputusan yang kurang tepat. Tidak ada gading yang tak retak, dan tidak ada tim yang hebat tanpa saling menguatkan. Dengan hati yang bersih, kolaborasi kita akan makin solid, dan semoga Allah limpahkan keberkahan dalam setiap langkah kerja kita.
Halal bihalal memang terdengar seperti berasal dari bahasa Arab. Halalbihalal sebenarnya berasal dari kata serapan ‘halal’ dengan sisipan ‘bi’ yang berarti ‘dengan’ (bahasa Arab) di antara ‘halal’. Namun, halalbihalal sebenarnya bukan berasal dari Arab, melainkan merupakan tradisi yang dibuat di Indonesia. Istilah halalbihalal berasal dari kata ‘alal behalal’ dan ‘halal behalal’. Kata ini masuk dalam kamu Jawa-Belanda karya Dr. Th. Pigeaud 1938.

Dalam kamus ini halal behalal berarti dengan salam (datang, pergi) untuk (memohon maaf atas kesalahan kepada orang lebih tua atau orang lainnya setelah puasa (Lebaran, Tahun Baru Jawa). Sementara halal behalal diartikan sebagai dengan salam (datang, pergi) untuk (saling memaafkan di waktu Lebaran). Asal usul istilah halal bihalal ini bermula dari pedagang martabak asal India di Taman Sriwedari Solo sekitar tahun 1935-1936. Pada saat itu, martabak tergolong makanan baru bagi masyarakat Indonesia. Pedagang martabak ini dibantu dengan pembantu primbuminya kemudian mempromosikan dagangannya dengan kata-kata ‘martabak Malabar, halal bin halal, halal bin halal’. Sejak saat itu, istilah halal bi halal mulai populer di masyarakat Solo. Masyarakat kemudian menggunakan istilah ini untuk sebutan seperti pergi ke Sriwedari di hari lebaran atau silaturahmi pada hari Lebaran. Kegiatan halalbihalal kemudian berkembang menjadi acara silaturahmi saling bermaafan saat Lebaran.
Sekretariat.NewsApril25